Jumat, 29 November 2013

Kontroversi Pelarangan Jilbab Dari Telegram Rahasia Oegroseno

Kontroversi Pelarangan Jilbab Dari Telegram Rahasia Oegroseno

JAKARTA- Kebijakan pro-Islam di negeri dengan penganut Islam terbesar di dunia ini memang masih diskriminatif dan masih ada intervensi pihak yang tidak senang Islam jaya. Di zaman serba moderen dan kebebasan memeluk agamanya adalah hak asasi dan menggunakan jilbab adalah perintah keras dari Allah kepada muslimah.

Tak kurang dari sepekan setelah pernyataan Kapolri tentang bolehnya Polwan menggunakan jilbab tanpa harus menunggu aturan itu kini menemui jalan buntu. Rupanya Telegram Rahasia (TR) yang dikeluarkan Mabes Polri berisi imbauan agar Polwan tidak menggunakan jilbab selama berdinas sebelum rumusan baku tentang Jilbab keluar, Kamis (29/11/2013) dinilai sangat diskriminatif dan melukai perasaan umat Islam.


Turunnya Telegram Rahasia (TR) tentang penarikan kebijakan polisi wanita berjilbab disayangkan Kompolnas.

Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Hamidah Abdurahman mengungkapkan kekecewaannya karena TR yang justru berlawanan dengan pernyataan Kapolri.

“Ini jelas sangat mengecewakan, belum lama polwan muslimah bereuforia atas restu lisan yang diberikan oleh Kapolri, mereka malah harus menerima ini,” ujar Hamidah pada ROL

Hamidah berujar, sebetulnya ia telah membaca gelagat akan adanya penerbitan TR ini yang justru tidak memberikan kebebasan kepada polwan untuk berjilbab seperti yang dikatakan oleh Kapolri.

Ia pun mendesak agar petinggi Mabes Polri segera merumuskan aturan yang jelas terkait penggunan jilbab bagi polwan. Dia percaya, Kapolri bisa menjaga konsistensi perkatannya dengan mengijinkan polwan berjilbab melalui TR yang lebih memberikan kelonggaran.


Dalam kesempatan siaran pers Musthofa menduga Polri mendapatkan tekanan dan desakan dari kelompok intoleran yang ingin memecah belah kesatuan Polri dengan pemeluk Islam khususnya Polwan. Blunder Polri berdasarkan Telegram Rahasia Wakapolri Komjen Pol Oegroseno ini jelas memalukan dan melukai bagi umat yang dilakukan Polri.

SIARAN PERS Mustofa B. Nahrawardaya

Terkait pernyataan Kapolri Jend Polisi Sutarman yang membolehkan Polwan berjilbab tanpa menunggu aturan, kemudian diikuti oleh maraknya Polwan berjilbab di seluruh Indonesia. Kemudian sekarang diterbitkan Telegram Rahasia agar Polwan menanggalkan jilbab dengan berbagai dalih, sungguh sangat melukai perasaan Umat Islam.

Pernyataan Kapolri yang tulus, diduga mendapatkan tekanan dan desakan dari kelompok intoleran yang ingin memecah belah kesatuan Polri dengan pemeluk Islam khususnya Polwan.

Semestinya, tidak perlu perintah menanggalkan jilbab bagi Polwan apabila memang ada keinginan dibuat seragam khusus di waktu mendatang.

Jilbab yang dikenakan para Polwan sebagai sambutan positif atas anjuran Kapolri "Berjilbab Tanpa menunggu Aturan" belum lama ini jelas sebuah respon positif dari segenap aparat Polwan di kepolisian. Tetapi perintah pencopotan Jilbab saat ini jelas sebuah langkah blunder paling memalukan dan paling melukai bagi Umat yang dilakukan Polri.

Saya berharap Kapolri tidak mudah dikendalikan oleh kelompok intoleran yang bertujuan memecahbelah Umat.

Kepada Umat Islam di seluruh Indonesia, mari kita merapatkan barisan. Tidak boleh sedikitpun ada celah diantara barisan. Kuatkan tali, eratkan pegangan. Polri adalah pengayom dan pelindung serta pelayan Umat. Jika Polri tidak lagi berkenan menjadi pengayom dan pelindung serta pelayan Umat, kepada siapa Umat Islam akan mengadu?

Kepada Ormas Islam khususnya NU dan Muhammadiyah, ini saatnya bersatu membendung gerombolan intoleran yang mencoba membodohi Polri.

Soal Jilbab Polwan, Polri Jangan Permainkan Umat Islam

Terkait pernyataan Kapolri Jend Polisi Sutarman yang membolehkan Polwan berjilbab tanpa menunggu aturan, kemudian diikuti oleh maraknya Polwan berjilbab di seluruh Indonesia. Kemudian sekarang diterbitkan Telegram Rahasia agar Polwan menanggalkan jilbab dengan berbagai dalih, sungguh sangat melukai perasaan Umat Islam.

Pernyataan Kapolri yang tulus, diduga mendapatkan tekanan dan desakan dari kelompok intoleran yang ingin memecah belah kesatuan Polri dengan pemeluk Islam khususnya Polwan.

Semestinya, tidak perlu perintah menanggalkan jilbab bagi Polwan apabila memang ada keinginan dibuat seragam khusus di waktu mendatang.

Jilbab yang dikenakan para Polwan sebagai sambutan positif atas anjuran Kapolri "Berjilbab Tanpa menunggu Aturan" belum lama ini jelas sebuah respon positif dari segenap aparat Polwan di kepolisian. Tetapi perintah pencopotan Jilbab saat ini jelas sebuah langkah blunder paling memalukan dan paling melukai bagi Umat yang dilakukan Polri.

Saya berharap Kapolri tidak mudah dikendalikan oleh kelompok intoleran yang bertujuan memecahbelah Umat.

Kepada Umat Islam di seluruh Indonesia, mari kita merapatkan barisan. Tidak boleh sedikitpun ada celah diantara barisan. Kuatkan tali, eratkan pegangan. Polri adalah pengayom dan pelindung serta pelayan Umat. Jika Polri tidak lagi berkenan menjadi pengayom dan pelindung serta pelayan Umat, kepada siapa Umat Islam akan mengadu?

Kepada Ormas Islam khususnya NU dan Muhammadiyah, ini saatnya bersatu membendung gerombolan intoleran yang mencoba membodohi Polri.

Senin, 18 November 2013

SMK Muhammadiyah 1 Blora Gelar Program Carier Center

Melalui program carier center yang ada, para alumni, masyarakat sekitar SMK Muhammadiyah 1 Blora serta  lulusan SMA, MA yang lain bisa memiliki kemampuan dan ketrampilan dibidang otomatif. Dengan demikian mereka nantinya bisa memiliki wawasan dan bisa menumbuhkan semangat untuk bekerja atau mengembangkan usaha tersebut melalui wiraswasta dibidang perbengkelan otomotif.

"Carier Center ini khusus bagi alumni dan masyarakat sekitar yang belum bekerja mereka diberikan pelatihan dan terjun langsung di bengkel," ungkap Kepala SMK Muhammadiyah 1 Blora Sunarwanto.

Menurutnya 20 peserta tersebut sebelum dilepas di bengkel resmi sebelumnya menerima pelatihan selama 12 hari di bengkel mobil SMK Muhammadiyah 1 Blora, yang sudah standart kerja karena menjadi binaan dari PT Astra Daihatsu Motor Indonesia sebagai sekolah berbasis industri (SBI), dan sekaligus menjadi SMK di Blora satu-satunya yang menyelenggarakan program Carier Center.

Selama pelatihan di SMK mereka dibekali dengan kemampuan dibidang engine tune up convensional, brake dan elektrikal Boody. Sunarwanto menambahkan bahwa program itu merupakan kali pertama kali diadakan dengan sumber dana dari bantuan provinsi bidang pendidikan tahun 2013.

"Mereka akan praktek langsung di lima bengkel mobil yang ada di Blora, memang kami spesialisi di bidang mobil," jelasnya.

Lima bengkel mobil yang di jadikan tempat praktek adalah Bengkel Sidodadi, Perdana, Unggul jaya, Samudra jaya dan Malik Motor.

Dirinya berharap agar kesempatan ini bisa digunakan sebaik-baiknya oleh para peserta pelatihan dengan demikian bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman yang baik, serta bisa memiliki peluang kerja karena sudah memiliki keahlian dan kemampuan dibidang teknik perbengekelan khususnya mobil.

"Kami ingin agar mereka nantinya bisa mendapatkan pekerjaan setelah mendapatkan keahlian dibidang otomotif," tandasnya.





Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Blora Achmad Wardoyo menyambut baik adanya program tersebut, dan SMK memberikan manfaat kepada masyarakat ataupun To Alumni SMK Muhammadiyah 1 Blora yang ada. "Hal ini sekaligus untuk mendukung bahwa Blora sebagai Kabupaten Vokasi untuk sekolah SMK," kata Wardoyo.